Minggu, 26 Februari 2012

[Praktikum] Adaptasi Kadal terhadap lingkungannya

TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap kadal.

WAKTU DAN TEMPAT PENGAMATAN

a. Waktu

Hari : Senin - Selasa

Tanggal : 19-20 Oktober 2009

Jam (1) : 02.15 pm - 12.35 am

Jam (2) : 02.15 pm – 07.00 am

b. Tempat : di Rumah

D. ALAT DAN BAHAN

a. Alat:

1. Dos 2 buah

2. Kertas

3. Pensil/ bolpoint

b. Bahan : Kadal 2 ekor

E. CARA KERJA

- Tangkap 2 ekor kadal, (ditangkap jam 09.30 am)

- Perlakuan (1) . Kadal 1 di masukkan kedalam dos tanpa cahaya. Dimasukan/ di kurung selama 10 jam (mulai hari senin siang jam 02.15 pm sampai hari selasa subuh jam 12.35 am). Perhatikan apa yang terjadi!

- Perlakuan (2). Kadal 2 di masukkan kedalam dos tanpa cahaya. Dimasukan/ di kurung selama 17 jam (mulai hari senin siang jam 02.15 pm sampai hari selasa pagi pukul 07.00). Perhatikan apa yang terjadi

TINJAUAN PUSTAKA

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Sauropsida

Ordo : Squamata

Famili : Multifasciata

Genus : Mabuya

Spesies : Mabuya Multifasciata (kadal kebun)

Kadal adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk kelompok reptil. Secara luas, pengertian kadal atau kerabat kadal (bahasa Inggris: lizards) juga mencakup kelompok cecak, tokek, bunglon, cecak terbang, biawak, iguana dan lain-lain. Sedangkan secara sempit, istilah kadal dalam bahasa Indonesia biasanya merujuk terbatas pada kelompok kadal yang umumnya bertubuh kecil, bersisik licin berkilau, dan hidup di atas tanah (Ingg.: skink, suku Scincidae, atau umumnya anggota infraordo Scincomorpha).

Jadi, secara umum kadal ini mencakup jenis-jenis yang bertubuh kecil seperti kadal pasir Lygosoma, sampai ke biawak Komodo (Varanus komodoensis) yang bisa mencapai panjang lebih dari 3 m. Secara ilmiah, kelompok besar ini dikenal sebagai subordo atau anak bangsa Lacertilia (=Sauria), bagian dari bangsa hewan bersisik (Squamata). Anak bangsa Lacertilia pada umumnya memiliki empat kaki, lubang telinga luar, dan pelupuk mata yang dapat dibuka tutup. Meskipun demikian, sebagai kekecualian, ada pula anggota-anggotanya yang tidak memiliki sebagian ciri itu. Contohnya adalah ‘ular’ kaca (glass snake atau glass lizard, suku Anguidae) yang tak berkaki.

Kadal kebun (Mabuya multifasciata), Selain karakter yang disebutkan di atas, sebagaimana galibnya reptil, kadal berdarah dingin (itu sebabnya kadal kerap berjemur) dan mempunyai sisik-sisik yang beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk. Terdiri tak kurang dari 40 suku, kadal memiliki pola warna, bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Sebagian jenis mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak.

Kebanyakan kadal bertelur (ovipar), meskipun ada pula yang melahirkan anak (vivipar). Juga, umumnya kadal dapat menumbuhkan kembali ekor atau bahkan tungkai yang terputus.

Beberapa spesies kadal tak berkaki, seperti ular kaca misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski tak ada tungkainya. Meski bentuknya mirip, kadal-kadal ini bisa dibedakan dari ular sejati karena memiliki pelupuk mata yang dapat digerakkan, lubang telinga luar, dan dapat memutuskan ekornya dalam keadaan bahaya; ciri-ciri yang tak dimiliki oleh ular.

Banyak jenis kadal yang merupakan pemanjat pohon yang baik atau pelari cepat. Beberapa di antaranya bahkan dapat berlari di atas dua kaki dengan amat cepatnya, seperti halnya kadal tercepat di dunia: iguana berekor duri dari marga Ctenosaura.

Kadal-kadal tertentu, misalnya bunglon, dapat berganti warna sesuai kondisi lingkungan atau suasana hati. Meski kebanyakan hidup di daratan, umumnya kadal dapat berenang dengan baik. Beberapa jenisnya, seperti biawak, bahkan beradaptasi dengan baik di lingkungan perairan.

Habitat dan Makanan

Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon (arboreal). Alih-alih sebagai predator penyergap, kebanyakan kadal aktif menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa.

Walaupun kebanyakan jenisnya adalah binatang pemangsa (predator), namun sesungguhnya makanan kadal sangat bervariasi. Mulai dari buah-buahan dan bahan nabati lain, serangga, amfibia, reptil yang lain, mamalia kecil, bangkai, bahkan kadal besar semacam biawak Komodo juga dapat memburu mamalia besar, hingga sebesar rusa atau babi hutan.

Kadal-kadal bertubuh kecil memakan aneka serangga seperti nyamuk, lalat, ngengat dan kupu-kupu, berbagai tempayak serangga, cacing tanah, sampai kodok dan reptil yang lain yang berukuran lebih kecil. Kadal kebun (Mabuya multifasciata) terkadang memangsa kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), bahkan suka memanjat tembok yang kasar untuk menangkap cecak kayu (Hemidactylus frenatus) yang terlengah

Cara adaptasi:

Pernahkah kamu melihat cecak atau kadal yang memutuskan sebagian ujung ekornya? Hal itu dilakukan untuk mengelabui pemangsanya. Jika ada pemangsa yang menyerang dan menangkap ekor cecak atau kadal, keduanya akan segera memutuskan ekornya. Bagian ekor yang putus akan bergerak-gerak untuk beberapa menit. Hal ini akan mengalihkan perhatian pemangsanya. Pada saat itu, cecak atau kadal akan segera menjauhi pemangsanya. Ekor cecak dan kadal akan tumbuh seperti semula dalam beberapa bulan.

HASIL PENGAMATAN

Dari hasil pengamatan terhadap kadal (1) yang ditempatkan di dos yang tidak ada cahaya selama 10 jam di temukan bahwa perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap pergerakan kedal tersebut. Karena setelah ditempatkan di daerah yang kena cahaya, kadal (1) memperlihatkan aktivitas kehidupannya seperti biasanya.

Sedangkan pada kadal (2) yang ditempatkan di dos yang tidak ada cahaya selama 17 jam ditemukan bahwa perlakuan yang diberikan terbukti mampu membuat pergerakan kadal menjadi lebih lambat dari biasanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dharmawan, dkk, 2000 bahwa pada kondisi lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja sehingga metabolism terhenti. Pada suhu yang masih bisa ditolerir, yang lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolism tubuhnya dan segala aktivitasnyapun rendah. Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban.

Diantara suhu kritis yang terlalu rendah dan terlalu tinggi, laju metabolism hewan ektoterm akan meningkat dengan makin naiknya suhu secara eksponensial. Hal ini seringkali dinyatakan dalam fisiologis hewan sebagai koefisien suhu (Q10), yang agak bervariasi pada berbagai jenis hewan ektoterm.

PEMBAHASAN

Hewan ektotermi adalah hewan yang untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Suhu lingkungan sangat menentukan suhu tubuh bagi hewan ektoterm. Bahkan suhu menjadi faktor pembatas bagi kebanyakan makhluk hidup. Suhu tubuh menentukan kerja enzim-enzim yang membantu metabolism di dalam tubuh. Karena itu dari sudut pandang ekologi, kepentingan suhu lingkungan bagi hewan ektoterm tidak hanya berkaitan dengan aktivitasnya saja tetapi juga mengenai pengaruhnya terhadap laju perkembangannya.

Dalam suatu kisaran suhu tertentu, antara laju perkembangan dengan suhu lingkungan terdapat hubungan linier. Konsekuensinya ialah bahwa untuk hewan ektoterm, dalam hal ini kadal, lama waktu perkembangan akan berbeda-beda pada suhu lingkungan yang berbeda. Dengan kata lain, pernyataan berapa lamanya waktu perkembangan selalu perlu disertai dengan pernyataan pada suhu beberapa berlangsungnya proses perkembangan itu.

Karena pada hewan ektoterm waktu (berlangsungnya proses perkembangan) merupakan fungsi dari suhu lingkungan, maka kombinasi waktu-suhu atau waktu fisiologis mempunyai arti penting. Sehingga dari percobaan yang telah dilakukan menunjukkan perbedaan antara kadal yang ditempatkan pada dos kedap cahaya selama kisaran waktu 10 dan 17 jam memperlihatkan selama 10 jam, kadal masih dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap stabil selama tidak mendapatkan asupan suhu yang optimal bagi perkembangannya. Sedangkan untuk kadal yang ditempatkan di dos yang kedap cahaya selama 17 jam menunjukkan bahwa pada keadaan tersebut merupakan ambang batas suhu tubuhnya yang sudah tidak dapat ditolerir. Akibatnya laju metabolism dan pergerakannya menjadi sangat lamban.

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan terhadap kadal (1) yang ditempatkan di dos yang tidak ada cahaya selama 10 jam di temukan bahwa perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap pergerakan kedal tersebut. Karena setelah ditempatkan di daerah yang kena cahaya, kadal (1) memperlihatkan aktivitas kehidupannya seperti biasanya.

Sedangkan pada kadal (2) yang ditempatkan di dos yang tidak ada cahaya selama 17 jam ditemukan bahwa perlakuan yang diberikan terbukti mampu membuat pergerakan kadal menjadi lebih lambat dari biasanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dharmawan, dkk, 2000 bahwa pada kondisi lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja sehingga metabolism terhenti. Pada suhu yang masih bisa ditolerir, yang lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala aktivitasnyapun rendah. Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban.

DAFTAR PUSTAKA

- Anonimous. 2001. Kadal. www.wikipedia-kadal-org.com

- Anonimous. 2000. Kadal. www.guru-ngeblog.com

- Dharmawan, Agus. Dkk. 2000. Ekologi Hewan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave your comment please :)