Minggu, 11 Oktober 2009

Cari untung sendiri.

Hutan adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memberikan keuntungan bagi manusia. Namun saat ini hutan telah dialih fungsikan pada kegiatan non-pertanian. Yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan yakni kegiatan pertambangan diatas hutan.
Kita semua tahu kalau hutan memiliki berbagai manfaat yang baik bagi kehidupan manusia. Namun pada saatnya hutan dirusak dengan berbagai cara oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebut saja para pengusaha berdasi yang mengiming-imingi gaji yang besar pada rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa. Sehingga mereka mau mejual lahan milik mereka untuk dijadikan lokasi pertambangan. Sungguh keliru persepsi ayng mengyatakan bahwa kegiatan pertambangan meraup untung besar. Tidak !!! Pada kenyataannya kegiatan pertambangan hanya menyumbang sangat sedikit dari semua sektor pada umumnya, sedangkan kegiatan pertanian justru memliki prospek yang cerah ke depan, dan menyumbang lebih banyak dibanding sektor pertambangan.
Memang tidak ada yang salah kalau bumi ini mengandung jutaan emas didalamnya, namun alangkah baiknya bila pengelolaannya dilakukan secara tepat dan yang paling penting yaitu Ramah lingkungan. Kita tahulah kalau dalam kegiatan pertambangan tidak jauh-jauh dari merkuri dan sianida. Keduanya merupakan zat berbahaya yang selalu ditemukan dalam kegiatan pertambangan, dan tentulah zat kimia ini sangat beracun. Masalahnya, para pengusaha pertambangan yang tidak tahu menahu ataupun masa bodoh dengan keadaan lingkungan, tega-teganya membuang limbah hasil tambang ke sungai disekitarnya dan bermuara ke laut, yang mengakibatkan rakyat yang menderita penyakit dan bahkan berujung pada kematian. Sungguh miris yang dilakukan para pengusaha berdasi ini, enak-enaknya mereka mengeksploitasi hasil alam, sedangkan rakyat yang dikorbankan. Dan tentulah hal ini diharapkan menjadi perhatian kita bersama, sebab kalau bukan kita yang menyadari kesehatan lingkungan kita sejak dini, sampai kapanpun kita takkan pernah melupakannya, sebab kitalah pemilik bumi ini!
Saya masih ingat dengan banjir bandang yang menimpa warga Bolaang Mongondow beberapa tahun silam. Banjir yang dahsyat itu tidak hanya merugikan secara materi namun mempengaruhi perasaan dari masyarakat setempat. Bagaimana tidak, sanak saudara yang sangat mereka kasihi mendadak menghilang bersama derasnya air yang menghantam pemukiman mereka. Dibalik peristiaw itu hanya satu yang dapat dikatakan. Bagaimana semua ini dapat terjadi ? Apakah Tuhan tidak lagi menyayangi anakNya ? Pertanyaan itu terjawab melalui suatu penjelasan ilmiah, Yup.....Ternyata penyebabnya adalah akibat Hutan Ambang telah ditambang, dan membuat vegetasi yang ada di atasnya turut di babat, alhasil saat hujan deras datang, vegetasi berupa pepohonan yang biasanya menahan laju air kini lenyap dan terjadilah banjir yang sempat membuat heboh seluruh negeri tersebut. Peristiwa bencana alam tadi bukanlah satu-satunya yang terjadi di negeri ini, masih lekat pula di ingatan mengenai peristiwa teluk buyat yang membuahkan kontroversi tersebut. Pihak PT NMR mengklaim bahwa pertambangannya ramah lingkungan. Sedangkan rakyat kecil dengan semangat berani karena benarnya menuntut perusahaan tambang emas terkemuka tersebut bertanggung jawab akan kematian seorang anak yang diduga meninggal karena menderita penyakit minamata, sebuah penyakit kulit yang disebabkan zat sianida dan merkuri yang tercampur dalam air. Silang pendapat terjadi, para ilmuwan dan politisi tidak segan mengutarakan opini mereka, namun pada akhirnya PT NMR bersedia menutup pertambangan mereka dan mengganti kerusakan yang dilakukan semasa menambang. Secara tidak langsung tentulah mereka sudah mengakui kesalahan mereka dan berani mengembalikan kelestarian alam yang dulu rusak. Two tumbs up !!!
Yang menjadi pemikiran saya saat ini kenapa justru orang yang dipercayai yang melakukan kerusakan itu............Bila dikaji secara moral, jelaslah tidak bermoral. Bila dikaji secara sosial jelaslah tidak menguntungkan dan tidak mendatangkan kesejahteraan. Jelaslah, keuntungan ekonomi lebih menggiurkan ketimbang merawat lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave your comment please :)