Minggu, 01 Januari 2012

Bingung

Ngga keraasa udah jadi pengangguran lag, kontrak selama 4 bulan di proyek negara sudah selesai. Sebenarnya agak tidak siap juga, Masih pengen makan gaji buta, haha. Itulah salah satu contoh orang yang hidup daam zona nyamannya. Ketika ada perubahan, selalu tidak siap, selalu paling terdepan menggerutu, selalu kelabakan, selalu kebingungan, habis ini mau nyari kerja dimana ya?
Sebenarnya sarjana yang sukses tidaklah selalu berasal dari karyawan swasta atau sipil. Melainkan sarjana seharusnya menciptakan lapangan kerja. Memang betul pendapat itu, bisa dihitung berapa ribu lulusan tiap tahun dari ribuan PTN/PTS di negeri ini, sedangkan tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang sebanyak jumlah lulusan itu. Diperhatikan bila musim perekrutan calon pegawan negeri sipil, lihat saja kuota yang dimintakan didaerah kalah banyak dengan yang mendaftar. Salah siapa ya? Apa pemerintah yang membatasi SDM atau SDMnya yang main cari gampang, tidak menggunakan ilmu yang didapatkannya selama bangku kuliah. Entahlah, keduanya punya pendapat positif yang membenarkan keduanya. Bercermin dari situ, saya juga sarjana yang kerja serabutan, apa ajah deh, asalkan bisa tambah pengalaman, syukur2 bisa sesuai dengan disiplin ilmu, namun sayangnya dunia kerja tergolong dominan dalam lingkungan ekonomi, sehingga untuk saya yang sarjana biologi tidak bisa terserap. Dan setelah berakhirnya kontrak, nah loh, kebingungan benerr nyari kerja. Agak parno juga sih, soalnya lumayan susah mencari kerja yang sesuai, belum lagi tuntutan ekonomi alias beban hidup yang juga menuntut untuk segera mendapat kerja dengan salary yang lumayan lah. Namun ada juga yang tetap bertahan dalam suatu perusahaan yang sudah kayak 'kerja rodi' dalam mempekerjakan karyawannya, hanya karena tidak tahu mau mencari kemana lagi pekerjaan pikir mereka "Ketimbang ngga; ada kerjaan, ya udah dikerjain saja," . Saya ngga bisa menyalahkan mereka juga, karena ada tipe orang yang cari aman, orang emosional, orng rasional dalam memutuskan sesuatu. Orang rasional ini yang sudah pikir masak-masak, bibit-bebet-bobot jika dia keluar atau bertahan di tempat kerjanya. Jika banyak kerugiannya, buat apa bertahan, hanya akan menambah luka, dan membuat kualitas kerja menjadi tidak sebagaimana mestinya, pun kualitas kita sebagai SDM yang unggul jadi agak gimanaa gitu. Sejujurnya, seperti yang sudah saya ungkapkan diatas, saya tipe emosional, jadinya bila karena sesuatu yang membuat nggak nyaman saya akan pindah, mencari zona kenyamanan sih, parahnya kalau sudah ketemu zona ini, saya jadi tipe yang cari aman, udah PW banget. Makanya jadi agak telat dalam membaca situasi, telat untuk komentar, telat kemana-kemana deh. Makanya juga pas emang kontrak udah perintahin untuk keluar dari zona ini, bungung khan?? Ada yang bisa bantuin ngaa...

:)

-.- UGD

Entah kenapaa tangan jadi gatel pengen nulis, hehe...
Tapi mau nulis apa yah..
tentang hari ini aja deh ya.
Hari ini, hmm moodku agak naik turun, kayak naik roller coaster.
Setelah bertemu si mereka, pertamanya senengg, tapi kog lama-lama jadi kayak palsu ya.
Hmm.
Maafkan mengacaukan malam istimewa ini,
Tapi terus terang kayak 'sandiwara'.
Mata mungkin bisa salah, Pikiran mungkin bisa salah menduga.
Tapi yah, lagi-lagi tidak beraasa nyaman malam ini,
sori.......
Nggak seharusnya saya berakting nggak mengenakkan,
aghhll..galau.
Kayaknya cuman saya seorang yang galau.
Haha.
Kasian.

:)




Farewell

Tidak terasa, tahun 2011 telah berlalu yang ditandai dengan tradisi 'bakar-bakar uang" alias Pesta kembang api. Ada banyak kenangan yang tak mungkin terlupakan selama menjalani kehidupan ditahun ini. Terlebih khusus saya lah, ditaon ini saya 'diuji' untuk melatih kesabaran saya, dari mengikuti segala macam proses skripsi, sampai pada akhirnya diwisuda, semuanya terasaaaa sangaaatlaah panjaanngg...kalau diungkapkan dengan kata-kata, seperti itulah, huruf vokalnya dipanjangin dikit :p
Yah, proses kehidupan pembentukan karakterku ternyata tak berhenti sampai dimana saya diwisuda. Ternyata post graduated itulah yang merupakan ujian sebenar-benarnya, dimana dunia luar itu tak seindah didunia kampus, dimana masih ada sistem pengulangan bila tidak lulus. Dunia kerja ini tidak, bila kesan pertama saat wawancara jelek, tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaikinya, kecuali punya koneksi, sebesar apapun kesalahan pasti masih bisa ditolerir, Sebenarnya sangat tidak fair atau kata hukum itu tidak adil alias berat sebelah jika seseorang bisa dengan mudahnya melalui suatu tes wawancara bukan karena kemampuan dirinya, melainkan bantuan orang ketiga. Hmm, tapi itulah fenomana di Indonesia, bukan Indonesia namanya kalo tidak korupsi. Munafik juga sih, kalo men-judge orang sebagai Korputor, padahal tanpa kita sadari koruptor itu bukan hanya yang sekelas pejabat tinggi yang menghabiskan milyaran uang rakyat kayak Gayus. Tapi konteksnya lebih sederhana lagi, saat kita mulai mendahulukan kepentingan sendiri dan bikin orang lain menderita juga bisa dikategori dalam KKN. Tapi itulah, kadang tindakan kita sendiri tidak bisa kita klasifikasikan sebagai hal tersebut, menganggap diri suci padahal ruci..
Okay, lanjut, setelah proses wawancara demi wawancara dilalui, akhirnya didapatlah suatu pekerjaan yang pikiran awal saya, ;hanya cari pengalaman". Namun ternyata kerja juga ada ritmenya, ada saat bosan, ada saat semangat, ada saat kecewa, ada saatnya galau, semuanya melebur dalam satu titik yang bernama jenuh dan akhirnya genap 2 bulan saya memutuskan hengkang dari perusahaan tersebut. Benar kata orang bijak "segala sesuatu yang berawal dari kemarahan akan berakhir dengan rasa malu", itulah yang terjadi, selepas dari pekerjaan itu, ada rasa rindu, ada rasa tidak ingin pindah. Namun nasi sudah jadi bubur, saya sudah menerima pekerjaan lain. Satu hal yang bisa saya ambil, pekerjaan adalah bagaimana kita memaknainya, jika kita membawanya dengan easy going, penuh rasa syukur, tidak akan jatuh kedalam pencobaan resign, sebaliknya saya dengan sikap emosional yang dikatakan newbie dalam urusan dunia pekerjaaan dengan cerobohnya langsung mengambil keputusan tidak rasional tersebut. Tapi tentunya perasaan sesal itu tidak ingin saya lanjutkan, life must go on. Hidup saya masih terus berlanjut, entah saya akan kembali kesana, atau ke pekerjaan yang lain semuanya pada intinya kembali pada rasa syukur. Betulah lho, rasa syukur itu menepis banyak hal, termasuk pikiran negatif. Lebih ada rasa puas dalam diri meskipun kita tengah dalam dukacita, ada energi yang bisa membuat kita tersenyum, ada energi yang membuat kita bergairah menjalani kehidupan yang tergolong keras ini. Semuanya tentunya syukur kepada Tuhan, karena anugerahnya dalam setiap peristiwa bisa dipetik hikmahnya. meskipun tak jarang juga membuat saya makin menjauh dari Tuhan just for some stupid things. God, saya memang masih balita dalam mempelajari kehidupan ini, lika-likunya masih misteri bagi saya. Tapi saya percaya, dari banyak orang dan dari Alkitab bahwa segala masalah memberikan kedewasaan bagi manusia yang menerimanya. AMIN.
Lanjut lagi, saya kerja di sebuah proyek pemerintah, disini banyak lagi belajar bagaimana bersosialisasi, bagaimana cara menghadapi orang yang berbeda-beda, banyak tantangan. Terutama dari dalam diri yang menyuarakan bahwa saya tidak bisa, saya tidak mampu. Dan itu berimbas pada kekurangan-kekurangan yang saya anggap sangat childish. Sebenarnya disini juga adasedikit pelajaran yang bisa diambil, bahwa pikiran negatif masih dominan dalam diri saya, makanya saya tidak bisa melakukan yang terbaik yang saya bisa. Yah, sesungguhnya saya telah membatasi kemampuan saya, dan membuat orang terkesan yang kurang baik. Ini menjadi refleksi diri juga, ada banyak kebiasaan buruk yang harus saya hilangkan untuk mencapai kualitas diri yang lebih baik. Resolusi saya tahuun ini : Ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. Bila kemarin hari saya malas, telat bangun, malas mencari tahu, kini saatnya berubah. Tidak ingin perubahan yang drastis, tapi secara gradually melakukannya. Semoga saja ya, sehingga harapan orangtua, tugas dan tanggung jawab sebagai seorang manusia dapat saya lakukan dengan baik. Dngan campur tangan Tuhan, kiranya dapat terwujud. Karena saya bisa saja merencanakan namun Tuhanlah yang memegang kendalinya, semuanya hanya diserahkan pada Tuhan.
Akhirnya tahun 2011 biarlah menjadi kenangan yang akan terus dikenang, dan membuat terus melangkah untuk hari esok yang lebih baik. Tidak boleh hidup dalam masa lalu (harus), !!

Anyway HAPPY NEW YEAR 2012 !
Tuhan memberkati :)